top of page

56 items found for ""

  • Paguyuban Umat Senior Juara Lomba Paduan Suara KAJ

    Paguyuban Umat Senior (PaUS) Gereja Santo Laurensius yang tergabung dalam Koor Lansia Dekenat Tangerang 2 turut hadir dan menjadi peserta dalam acara Gelar Festival Seni dan Budaya Lansia Simeon Hana KAJ 2022. Kegiatan tahunan dari Pengurus Lansia Simeon Hana KAJ ini diadakan pada hari Sabtu, 13 Agustus 2022, bertempat di Aula Siti Maryam, Gereja Santo Andreas, Paroki Kedoya. Acara ini diikuti oleh para Lansia dari seluruh Dekanat yang ada di KAJ. Perwakilan dari Paroki Alam Sutera, dalam kesempatan ini berhasil mendapatkan prestasi sebagai Juara III Lomba Paduan Suara. Selamat ya!

  • Tiga Gereja dan Santo Laurensius

    TAK lama setelah menerima Sakramen Baptis, aku berangkat ke Bandung untuk kuliah. Aku memilih kos dekat kampus sehingga cukup berjalan kaki untuk kuliah. Jadilah aku masuk dalam Paroki Sukajadi, Gereja Santo Laurentius, Bandung. Waktu itu, empat puluh tahun lalu, gereja ini masih relatif baru. Desainnya pun modern dan megah. Inilah pertama kali, aku mengenal Santo Laurentius, namun baru sekadar nama. Belum tergerak untuk mencari tahu kisah hidup orang kudus ini. Puluhan tahun berlalu, saat berlibur ke Roma, tak sengaja aku melewati sebuah gereja bernama Basilica di San Lorenzo fouri le Mura (Basilika St. Laurensius di Luar Tembok). Jangan bandingkan basilika ini dengan Basilika St. Petrus (Vatikan), karena basilika ini tidak besar. Tidak jelas mengapa ada embel-embel “di Luar Tembok”, aku menduga mungkin karena di balik tembok tinggi yang mengelilingi sisi kiri, kanan, dan belakang gereja, adalah pemakaman kuno. Sebagai area di luar tembok area pemakaman. Basilika ini termasuk berada di pusat Kota Roma, karena hanya berjarak 3,5 km dari Colloseo atau 1,5 km dari Termini, stasiun kereta. Di depan gereja ada sebuah monumen dengan prasasti bertuliskan IN HONOREM LAVRENTII MARTYRIS EREXIT PIVS IX PONT MAX PONTIFICATVS A XIX. Kurang lebih berarti Dipersembahkan untuk Laurentius Martir, dan Paus Pius IX Kepausan Abad 19. Rupanya di gereja inilah St. Laurentius dimakamkan. Lalu pada abad 19, Paus Pius IX wafat dan ikut dimakamkan di sini. Saat itu pun aku masih belum tertarik mencari tahu siapakah santo ini. Sekitar tiga tahun lalu, aku menjadi warga Paroki Alam Sutera, Tangerang. Gerejanya bernama Gereja Santo Laurensius. Usia bangunan gereja ini baru 10 tahun, desainnya klasik. Bagian interior sepintas mirip Katedral Jakarta. Nah di plaza depan gereja, ada sebuah patung yang besar, berwarna putih. Ini adalah patung santo pelindung gereja, Santo Laurensius. Tangan kiri terlipat sambil memegang sebuah kotak sedangkan tangan kanan memegang rangka daun jendela. Jujur aku bertanya-tanya, kenapa koq membawa-bawa daun jendela. Saat itulah muncul rasa ingin tahu, maka aku mulai menggali dari beberapa sumber. Santo Laurentius lahir pada tahun 225 di Via Tiburtino, kota Roma (jalan ini masih ada sampai sekarang, jalan menuju basilika). Berasal dari keluarga bangsawan kaya, namun keluarga ini belum mengenal Kristus. Baru saat remaja, Laurentius tertarik akan ajaran Yesus. Ia rajin ke gereja mendengarkan kotbah dan pengajaran, sehingga akhirnya ia dibaptis. Laurentius dikenal amat saleh dan besar perhatiannya pada orang-orang miskin. Ia gigih mengajar dan menyebarkan agama. Paus Sixtus II (257-258) mengamati segala keutamaan Laurensius, lalu mengangkatnya menjadi salah satu dari tujuh diakon agung yang membantu tugas-tugas Sri Paus. Khusus kepada Laurentius, Sri Paus mempercayakan pengelolaan harta gereja termasuk tugas untuk membagikannya kepada para fakir miskin di seantero kota Roma. Saat itu Romawi dipimpin oleh Raja Valerianus (253-260). Raja ini sangat kejam dan menginginkan semua warga menyembah dewa-dewa bangsa Romawi. Raja banyak menangkap, menyiksa, bahkan membunuh pengikut Kristus yang tidak mau berbalik menyembah dewa-dewa. Raja sangat marah kepada Laurentius, karena banyak kaum tersisih dan orang miskin yang memutuskan masuk Gereja karena mengalami budi halus dan ketulusan kasih Laurentius. Kondisi ini membuat kegiatan menggereja dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Suatu hari, tepatnya tanggal 6 Agustus 258, ketika Paus Sixtus II sedang mempersembahkan Misa di dalam tempat persembunyian, tiba-tiba katakombe diserbu para prajurit Raja. Paus ditangkap dan akan dihukum mati. Karena kesetiaannya Laurentius mengajukan diri untuk mati bersamanya. Paus mencegah dan meyakinkan Laurentius bahwa belum saatnya ia menjadi martir. Laurentius lalu dihadapkan kepada walikota Roma, ia dibujuk untuk menyangkal Kristus dan menyerahkan seluruh harta gereja dengan imbalan kebebasan. Laurensius minta waktu tiga hari untuk mengumpulkan harta gereja, tentu saja ini membuat walikota senang. Bergegas Laurensius mengumpulkan segala harta yang dimiliki gereja dan membawanya. Namun alih-alih menyerahkan kepada pemerintah Romawi, ia pergi ke segala pelosok Roma guna membagikan harta kepada orang-orang miskin hingga tak bersisa. Ia hanya minta tolong kepada mereka agar bersedia berkumpul di depan Colloseo pada hari ketiga sesuai janjinya kepada walikota. Tepat tanggal 10 Agustus 258, Laurentius datang ke Colloseo tempat di mana pengadilan kota diadakan. Ia disambut oleh walikota yang langsung menanyakan di mana harta gereja yang dijanjikan. “Semua sudah kubawa. Mari kita keluar untuk melihatnya” jawab Laurentius. Di halaman luar Colloseo, Laurentius memperlihatkan kerumunan begitu banyak orang-orang miskin dan tersisih sambil berkata: “Ambillah orang-orang miskin dan sengsara ini. Inilah harta kekayaan Gereja. Peliharalah dan serahkanlah kepada Kaisar” Wali Kota sangat marah lalu memerintahkan para prajurit menangkap dan memanggang Laurentius. Segera Laurensius ditangkap dan diikat pada sebuah grid (alat pemanggang). Kayu-kayu bakar disiapkan dan mulai dinyalakan. Laurentius tidak gentar, ia bahkan tersenyum sambil terus berdoa mohon kekuatan. Konon saat Luarensius wafat, tercium bau harum yang sangat kuat dan dapat dirasakan oleh semua yang hadir. Membuat semua orang yang hadir kagum. Tak sedikit dari mereka kemudian bertobat dan menjadi pengikut Kristus. Sampai di sini, aku tertawa dalam hati, karena aku telah salah mengira grid sebagai daun jendela. Mayat yang telah hangus ini dimakamkan di kampus Verano, Via Tiburtino. Kemudian pada awal abad keempat Raja Konstantinus Agung mendirikan sebuah gereja yang megah di atas makam sebagai penghargaan bagi kesetiaan iman Diakon Laurentius. Untuk mengenang dan menghormati Santo Laurentius, Gereja menetapkan tanggal 10 Agustus sebagai hari pesta. Laurentius adalah teladan sempurna sebagai seorang yang sungguh mencintai sesama dan seorang teguh setia pada Kristus. Jiwaku melekat pada-Mu ya Tuhan, tubuhku dipanggang demi nama-Mu. Penulis dan Foto oleh Fidensius Gunawan Artikel telah ditayangkan di www.hidupkatolik.com - 8 Agustus 2022

  • HUT ASAK dan HUT PAA se-KAJ di St. Laurensius

    HUT ASAK (Ayo Sekolah Ayo Kuliah) ke-15 dan HUT PAA (Paguyuban Alumni ASAK) ke-5 se-KAJ di Gereja St. Laurensius. Pada hari Sabtu tanggal 23 Juli 2022, Gereja St.Laurensius pagi-pagi sudah tampak meriah dengan kehadiran para tamu undangan yang akan mengikuti misa syukur dalam rangka Hari Ulang Tahun ASAK (Ayo Sekolah Ayo Kuliah) yang ke-15 dan PAA (Paguyuban Alumni Asak) yang ke-5 se-Keuskupan Agung Jakarta. Misa dimulai tepat jam 9 pagi secara konselebrasi dipimpin oleh Vikjen KAJ Romo Samuel Pangestu, Pr bersama Romo Bernardus Hardijantan Dermawan Pr (St. Laurensius) dan Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KAJ Romo Adrianus Suyadi SJ, misa dihadiri pula oleh tujuh Romo lainnya dari beberapa paroki di Jakarta. Suasana misa syukur sangat meriah karena banyaknya tamu undangan, selain bapak ibu para pengurus dan pegiat ASAK dan PAA juga tampak kehadiran anak-anak ASAK dari 65 paroki dan 2 stasi di seluruh KAJ, tidak ketinggalan tamu-tamu undangan lainnya seperti rekan-rekan mitra kerja ASAK dan PAA serta undangan lainnya termasuk para donatur ASAK dari awal berdiri dan tentunya para tamu alumni ASAK. Misa dimeriahkan oleh koor anak-anak ASAK dari Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Paroki Tangerang. Setelah misa selesai, perayaan HUT ASAK dan PAA ini berpindah ke aula gereja untuk acara lanjutan. Pastor Kepala Paroki Alam Sutera Romo Hadi Suryono Pr berkenan memberikan sambutan. Agenda utama acara di aula ini adalah talk show seputar gagasan “Ayo Vokasi” untuk melengkapi gerak langkah ASAK dan PAA yang diharapkan mampu memberikan anak anak yang putus sekolah, yang kecil, lemah dan berkekurangan atau yang berkebutuhan khusus untuk bisa belajar mandiri dengan keahlian khusus. Tentunya supaya Ayo Vokasi dapat berfungsi secara optimal dibutuhkan kerja sama dengan beberapa mitra kerja seperti diantaranya Binus Center, Lembaga Vokasi Puspita Martha (Martha Tilaar) atau ATMI Cikarang dan lain sebagainya. Tiga anak ASAK yang beruntung menjadi pemenang lomba LOGO ASAK bergembira mendapatkan hadiahnya. Juga ada beberapa anak ASAK yang secara simbolis menerima bantuan laptop. Acara meriah berakhir sekitar pukul satu siang. Wajah sumringah tampak menghiasi wajah anak-anak ASAK bersama pendamping mereka saat melangkah meninggalkan aula gereja. Semoga semangat bertumbuh, berkarya, berbuah dalam kasih akan terus menggelora agar mampu menumbuhkan harapan-harapan baru dalam menyongsong masa depan. Penulis: Ibu Imelda Foto: Bapak Benny Salim

  • PAPS: Semakin Mencintai Tuhan dan Gereja Katolik

    Rekoleksi Calon PAPS Baru SEMAKIN MENCINTAI TUHAN DAN GEREJA KATOLIK Bertempat di aula gereja, pada hari Minggu pagi tanggal 17 Juli 2022 telah dilaksanakan Rekoleksi PAPS yang dihadiri Romo Hardijantan dan para orangtua calon PAPS angkatan 2022. Sejak bulan Juni 2022, PAPS membuka pendaftaran anggota baru dan sampai saat ini telah terdaftar sebanyak 67 orang calon Putera Altar angkatan 9 dan 67 orang calon Puteri Sakristi angkatan 10. Romo Hardijantan dalam kesempatan ini mengatakan bahwa dengan aktif dalam pelayanan PAPS kita sebagai orangtua merasa aman, mereka aktif dalam melayani Tuhan. Kita mau melibatkan rasa cinta anak-anak kita pada Tuhan dan Gereja Katolik. "PAPS St. Laurensius itu paling keren se-KAJ, ada orangtuanya mendampingi, ada romonya", tambah Romo Hardijantan. Kita bersyukur kepada romo-romo OSC terdahulu yang sudah membina PAPS paroki kita hingga menjadi seperti sekarang. Lebih lanjut Romo Hardi menceritakan bahwa pengalaman berkomunitas dan berorganisasi seperti di PAPS ini kelak akan berguna dalam kehidupan mereka dan juga dalam melengkapi mereka memasuki dunia kerja. Ketua PA periode 2022-2023 Natanael Geoffrey yang tinggal di Sektor 6 Gading Serpong berpesan kepada para calon PAPS agar kelak setelah menjadi bagian PAPS tetap semangat dalam melayani Tuhan. Tante Agatha Dei selalu Ketua Pendamping PAPS Paroki Alam Sutera menambahkan bahwa rekoleksi ini juga sebagai pembekalan Calon PAPS untuk memasuki tahap-tahap latihan dan pembentukan PAPS. Semoga para pengurus, pendamping, dan semua PAPS tetap semangat dalam pelayanan di gereja kita tercinta. (antonio)

  • Silaturahmi Wakil Ketua FKUB di Sentra Vaksin Laurensius

    Silaturahmi Wakil Ketua FKUB Kabupaten Tangerang KH Ardani Gomrowi di Sentra Vaksin Laurensius Hari Sabtu, 16 Juli 2022 Wakil Ketua FKUB Kabupaten Tangerang KH Ardani Gomrowi bersilaturahmi ke Sentra Vaksin Laurensius, Paroki Alam Sutera. KH Ardani diterima oleh Romo Hardijantan Dermawan didampingi oleh Andreas H. Suryana dan Purnomo Swargo (Sie HAAK Paroki). Dalam silaturahmi ini KH Ardani menyampaikan salam dan doa dari Ketua FKUB Kabupaten Tangerang KH Maski beserta anggota untuk Romo Hadi Suryono agar senantiasa sehat dan pulih kembali seperti sedia kala. KH Ardani memberikan apresiasi kepada Gereja Katolik dalam upaya menjaga, merawat kerukunan dan peran sertanya dalam kegiatan nyata di masyarakat, salah satunya kegiatan Vaksinasi di Paroki Alam Sutera. Dalam kesempatan ini KH Ardani juga mengikuti vaksinasi dengan menerima vaksin ke-3 di Sentra Vaksinasi Laurensius. Selain itu juga bercerita tentang kedekatannya dengan Bapak Uskup Ignatius Kardinal Suharyo yang telah dua kali berkunjung ke Pondok Pesantren asuhannya yaitu Ponpes Daarul Falaahiyyah Cisoka Kabupaten Tangerang. Beliau mengungkapkan kekagumannya pada Bapak Kardinal. Menurut KH Ardani yang juga mantan Ketua GP Ansor Kabupaten Tangerang, Bapak Kardinal telah menjadi seorang Sufi (dalam Islam). Selain hal-hal diatas juga disampaikan beberapa informasi update perkembangan Kabupaten Tangerang dari sisi hubungan antar agama. KH Ardani Gomrowi menyampaikan syukur dan terima kasih dapat bersilaturahmi sekaligus melaksanakan vaksin ke-3 di Sentra Vaksinasi Laurensius. Terima kasih juga disampaikan kepada Romo Hardijantan Dermawan yang telah menerima dengan penuh kasih persaudaraan dan sukacita, juga kepada para sahabat, para dokter, panitia vaksin, petugas yang memberikan pelayanan yang menggembirakan. Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Daarul Falaahiyyah merasa terbantu dengan vaksinasi, terlebih bantuannya dalam pelaksanaan vaksin perdana di Pondok Pesantren beberapa waktu lalu. Kiranya dalam kegiatan kegiatan lain kedepannya dapat terus saling bekerjasama.

  • Gereja Santo Laurensius Ikut Sumbang Kambing Kurban

    Dalam rangka ikut bersyukur atas Hari Raya Idul Adha 1443H, Gereja Santo Laurensius, Paroki Alam Sutera, ikut berpartisipasi menyumbangkan sejumlah ekor kambing kepada beberapa Masjid yang ada di sekitar lokasi Gereja Santo Laurensius. Penyerahan hewan kurban ini dilakukan oleh Bp. Andre Suryana, selaku Ketua Seksi HAAK, kepada pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), yaitu: Masjid Nurul Hidayah, Pondok Jagung Masjid Al Muminin, Marga Jaya Masjid Jami Aiqul Yakin, Kampung Dongkal Masjid Nur Asmaul Husna, Alam Sutera Selain itu penyerahan kambing juga dilakukan kepada beberapa sahabat, yaitu GP Ansor Serpong Utara dan Koramil 03 Serpong. Penyerahan hewan kurban ini sebagai bentuk ikut berbela rasa dan kepedulian terhadap sesama dan saudara.

  • Misa Bersama Umat Berkebutuhan Khusus

    Misa hari Minggu, 10 Juli 2022 pukul 08:30 pagi di Gereja Santo Laurensius adalah misa bersama umat berkebutuhan khusus (disingkat UBK). Sejalan dengan Ardas KAJ, di mana tahun 2022 ini dijadikan sebagai Tahun Penghormatan Martabat Manusia, Gereja Santo Laurensius menyatakan sebagai Gereja yang ramah dan terbuka bagi umat berkebutuhan khusus. Salah satunya diwujudkan dalam bentuk misa rutin bersama UBK setiap hari Minggu pukul 08:30 pagi di minggu kedua setiap bulan. Bangku umat di depan telah disiapkan bagi para UBK. Tak hanya menjadi umat, beberapa dari UBK ini juga dilibatkan sebagai petugas liturgi, yaitu sebagai Lektor dan Pemazmur. Lektor untuk Bacaan Pertama dalam misa kali ini adalah seorang umat Tuli. Pemazmur adalah seorang tuna netra. Demikian juga dengan Lektor untuk Bacaan Kedua adalah seorang tuna netra. Mereka yang tuna netra ini mempersiapkan diri dengan cara menghafal ayat Mazmur dan perikop kitab suci yang dibacakan. Tedy, seorang umat Tuli dari Paroki Tangerang, merasa senang bisa mengikuti misa di Gereja Santo Laurensius, sebab ada Juru Bahasa Isyarat (disingkat JBI). “Orang Tuli bisa melihat isyarat yang disampaikan, bisa paham lagi ngomong apa, bisa komunikasi, bisa bersama-sama ikut menjawab. Jadi ini membawa semangat. Kita jadi senang ke gereja,” ungkap Tedy dengan menggunakan bahasa isyarat. “Juga kita senang dikasih kesempatan ganti-gantian tugas menjadi JBI, sehingga banyak orang bisa ikut terlibat. Kita jadi merasa setara. Kita bisa sama-sama menjawab ‘Amin’ dengan gerakan tangan, tanpa merasa malu.” Yohanes Berchman Hendra Purnama, seorang umat Tuli dari Paroki Karawaci juga menyatakan hal yang senada. Ia merasa senang bisa mengikuti misa bersama UBK ini. “Saya senang bisa mengikuti misa bersama sesama teman Tuli, bisa bersama-sama menjawab dan bernyanyi, sampai merasa merinding. Kalau tidak ada teman, saya diam saja, dan merasa percuma datang ikut misa ke gereja,” ujar Hendra. “Saya merasa semakin sempurna dengan mengikuti misa di sini. Saya bersyukur dan bahagia.” Para Teman Tuli turut menyanyikan Kemuliaan -----

  • Ikut "Emmaus Journey" Untung atau Rugi?

    “Ikut EJ untung atau rugi ya?” Pertanyaan yang spontan timbul ketika mendengar homili Romo Victorius Rudy Hartono, ketika beliau memimpin Perayaan Ekaristi membuka Angkatan ke 21 Kelompok Spiritualitas Kitab Suci Emmaus Journey, pada hari Sabtu, 2 Juli 2022 di Ruang Sukacita, GKP Gereja St. Laurensius, Paroki Alam Sutera. Romo Rudy dalam homilinya berulang kali mengatakan tidak ada ruginya! Tidak rugi ikut EJ! Romo Rudy membuka penjelasannya dengan mengatakan beberapa kutipan sebagai berikut, “Saya belajar bukan untuk sekolah itu saja, tapi untuk kehidupan!” “Kita sekolah, kita banyak belajar, itu semua supaya perpektif hidup kita lebih luas.” “Firman Tuhan itu harus menjadi andalan, dasar kekuatan kita orang beriman.” “Manusia tanpa doa, dia tidak mengandalkan Tuhan. Tapi manusia dengan doa, dia mengandalkan firman Tuhan.” Dari catatan-catatan ini Romo Rudy membuka Kelompok EJ 21 Paroki Alam Sutera. Secara guyon, Romo Rudy meminta agar Panitia mengambil foto wajah-wajah peserta baru. “Untuk apa? Tanpa disuruh pun mereka sudah berfoto-ria.” “Untuk kita lihat ‘Before and After’nya.” jawab Romo. Sebelum mengikuti EJ wajah-wajah yang penuh keraguan, ketidak-mengertian akan firman Allah, dan mungkin ada yang sedang menghadapi masalah tak terpecahkan. Setelah mengikuti EJ? Apakah wajah-wajah itu mengalami perubahan? Bersinar-sinar, ceria, percaya diri, suka membantu, penuh kasih, dan penuh sukacita? Seperti itulah yang diharapkan. Semoga demikianlah nampak pada diri ‘Emmauser’ (sebutan untuk yang telah mengikuti EJ). Seperti hasil dari kedua orang murid yang berjumpa dengan Yesus di dalam perjalanan menuju ke Emmaus (Lukas 24:13-35), demikian pula ‘Emmauser’ diharapkan dapat menularkan antusiasme iman yang berkobar-kobar, menjadi saksi-Nya dimanapun ia berada, apapun yang ia kerjakan. Perayaan Ekaristi di akhiri dengan doa berkat untuk semua yang terlibat dalam EJ Angkatan 21 ini, Peserta, Fasilitator, Panitia, dan Pengurus Sub-seksi. Semoga semuanya mencapai tujuan yang diharapkan yaitu perubahan rohani yang benar, menuju pada kehidupan yang lebih baik. Selamat mengikuti Kelompok Spiritualitas Kitab Suci Emmaus Journey angkatan 21. Semoga Tuhan Yesus menyertai, dan memberkati niat baik kita semua. Salam Emmauser! Berkobar-kobar! (LeoHAT)

  • Seminar Rohani bersama Romo Eko Wahyu Osc

    Keluarga yang Tumbuh dalam Perayaan Ekaristi dan Peduli untuk membangun Gereja Allah Panitia Pembangunan Gereja St Perawan Maria Benteng Gading Hari Sabtu pagi, 2 Juli 2022, tampak orang berbondong-bondong datang ke Gereja St. Laurensius, Alam Sutera. Ada beberapa acara diselenggarakan di situ, antara lain vaksinasi Covid-19, misa pemberkatan nikah, dan seminar rohani bersama Romo Eko Wahyu, OSC. Romo Eko datang ke St. Laurensius Alam Sutera? Ya, ternyata beliau datang atas undangan Panitia Pembangunan Gereja St Perawan Maria Benteng Gading. Dari 600 kursi yang disediakan oleh panitia, hampir semua terisi dan sebagian besar peserta sudah hadir sejak pagi. Romo Eko Wahyu memang banyak penggemarnya, hal ini juga disebutkan oleh Romo Hadi Suryono, Pr, pastor paroki Alam Sutera, saat membuka acara ini. Beliau menyebutkan Romo Eko Wahyu sebagai seorang Youtuber yang terkenal. Memang romo Eko Wahyu memberikan seminar dengan cara dan gayanya yang khas, yaitu penuh canda dan tawa tanpa mengesampingkan isi seminarnya. Juga romo mengajak peserta bernyanyi, mengadakan dialog dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga umat diajak ikut berpikir. Pada perjamuan terakhir Yesus membagikan roti dan anggur, dan dalam tradisi Yahudi, roti adalah lambang makanan sehari hari sedangkan anggur adalah lambang sukacita. Maka kalau orang Yahudi menghadirkan roti dan anggur, maka yang dihadirkan adalah sukacita yang berlimpah. Yesus tahu bahwa hidup di dunia tidak mudah, sehingga Ia menyediakan diri sebagai makanan agar kita kuat menghadapi tantangan. “Akulah Roti Hidup, barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku ia mempunyai hidup yang kekal…” (Yoh 6:51-58). Perayaan Ekaristi harus membawa dampak nyata yaitu gembira, penuh syukur dan sukacita karena sudah ditopang oleh Ekaristi. Selain itu dalam Perayaan Ekaristi Kristus mempersembahkan diri, dan Dia-pun menginginkan kita mempersembahkan kehidupan kita. Yesus ingin menyatu dengan kita, ingin membuat kita sama dengan diri-Nya. Tujuannya adalah agar manusia diselamatkan sampai di surga. Sering kita salah mengartikan kebaikan Tuhan, dengan meminta hal-hal yang bersifat duniawi dalam doa-doa kita. Perlu diingat bahwa meskipun banyak terjadi mukjizat kesembuhan, namun tidak semua orang sakit disembuhkan, karena Yesus datang bukan untuk menyembuhkan melainkan untuk menyelamatkan. Dalam Perayaan Ekaristi ada juga terjadi perjalanan Emaus sebagaimana dua orang murid berjalan bersama Yesus yaitu meratapi kehilangan (kekecewaan, pengalaman pahit, kesedihan dan lain lain); menegaskan kehadiran dengan bersikap rendah hati; mengundang Tuhan ke dalam hati kita melalui credo; menyatukan diri dengan Tuhan dalam persekutuan/ communion; dan bersiap menjalankan tugas perutusan, bersiap untuk memikul salib. Perayaan Ekaristi adalah bekal bagi kita untuk menghadapi orang-orang yang menyebalkan dan menyakiti kita. Ekaristi adalah Sakramen yang paling indah. Akhirnya, meskipun acara berakhir lebih lama daripada jadwal yang sudah disusun oleh panitia, para peserta tetap setia dan tidak beranjak dari tempat duduknya. Yang menarik, panitia menyediakan beberapa souvenir atau hadiah berupa salib bagi peserta yang dapat menjawab pertanyaan romo dengan benar dan bagi yang mengajukan pertanyaan. Pada akhir acara romopun tidak bisa langsung meninggalkan tempat karena banyak yang ingin sekedar menyapa, meminta foto bersama, memohon berkat dll. Proficiat bagi panitia seminar yaitu Lingkungan St. Teresa Kalkuta dari Gading Serpong yang telah menyelenggarakan acara dengan sukses, meskipun pada awalnya peserta yang mendaftar tidak banyak sehingga membuat panitia cemas. Juga selamat pada MC dan tim Mudika yang telah memeriahkan acara dengan musik, lagu-lagu serta gerak dan lagu. Tuhan memberkati. ---

  • Masih Mau Misa Online?

    HARI masih pagi, cuaca cerah. Halaman parkir Sekolah Laurensia masih lengang. Setelah parkir mobil, aku berjalan masuk halaman Gereja St. Laurensius, yang letaknya tepat bersebelahan dengan sekolah. Tak lama kemudian, aku sudah masuk dalam aula gereja. Kursi-kursi masih kosong, namun panitia nan sigap dan ramah, sudah siap menyambut tamu. Sepertinya aku datang terlalu pagi. Pagi itu, Sabtu, 2 Juli 2022, ada hajatan di aula gereja, berupa seminar rohani. Gegara pandemi covid, selama dua tahun lebih semua acara gereja dilakukan secara online. Maka seminar ini, yang digagas oleh Lingkungan Sta. Teresa Calcuta dan menggandeng PPG St. Maria Benteng Gading adalah acara tatap muka pertama di paroki kami yang melibatkan ratusan orang. Tepatnya ada 520 tiket seminar yang terjual. Respons umat yang di luar dugaan sekaligus karya Tuhan yang luar biasa, mengingat awalnya panitia hanya mencetak 300 tiket. Acara seminar ini merupakan salah satu upaya PPG menghimpun dana dari umat untuk pembangunan gereja baru di Gading Serpong, sebagai pengembangan Paroki Alam Sutera. Kebutuhan dana masih sangat besar. Maka paralel dengan progress proyek pembangunan, PPG terus mengupayakan penggalangan dana, sehingga diharapkan bangunan gereja dapat selesai tahun depan. Seminar ini bertajuk “Keluarga yang Tumbuh dalam Perayaan Ekaristi dan Peduli untuk Membangun Gereja Allah”. Idenya berawal dari keprihatinan Gereja, kala Misa-misa telah kembali dibuka tanpa pembatasan, ternyata belum seluruh umat tergerak untuk ikut Misa di gereja. Masih cukup banyak umat yang kebablasan merasa nyaman dengan Misa online. Harus diakui Misa online memang sangat nyaman. Hemat waktu, cukup 1-2 menit sebelum jam Misa untuk duduk manis di depan TV atau gawai. Hemat biaya, karena tidak perlu bayar parkir dan bensin. Tak perlu dandan bahkan masih mengenakan rol rambut pun bisa Misa online. Wajar bila berat untuk move on. Pembicara tunggal dalam seminar ini adalah Romo Eko Wahyu, OSC. Romo Eko, panggilan akrabnya, berkarya di Gereja St. Helena, Paroki Curug, masih tetangga Paroki Alam Sutera. Ia dikenal piawai dalam mengajar, bukan hanya karena pengetahuannya yang luas, tapi lebih karena cara ia mengajar. Suaranya sangat khas, lantang dan sangat sering diselingi tawa menggelegar. Ini membuat semua yang mengikuti acaranya ikut tertawa terbahak-bahak, tak jarang sampai sakit perut. Ia juga aktif memainkan mimik wajah dan gerak tubuh, serta berjalan di antara peserta seminar, sehingga suasana selalu hidup. Dalam seminar kali ini, Romo Eko menjelaskan dengan gamblang mengapa perlu hadir dalam Misa di gereja alih-alih terus mengikuti misa online. Aku mencatat beberapa hal: Liturgi Ekaristi merupakan perjamuan kudus selayaknya perjamuan kelak di Surga. Tuhan Yesus sendiri hadir dan mengundang kita. Tuhan ingin dekat dengan kita, maka selayaknya kita hadir memenuhi undangan-Nya. Romo Eko menggambarkan Misa online setara hubungan LDR, tidak ada kedekatan yang nyata. Bila pada Liturgi Ekaristi kita menyantap Tubuh Kristus, maka pada Liturgi Sabda kita “menyantap” Firman. Keduanya saling melengkapi. Jadi tidak layak bila kita beranggapan yang penting terima komuni. Upacara yang lain dianggap tidak penting, sehingga tidak apa-apa datang terlambat dan pulang duluan. Dalam perjalanan hidup, manusia bisa saja mengalami desolasi, momen merasa jauh dari Tuhan. Justru inilah saat memaksakan diri rajin hadir dalam misa. Mendekatkan diri kepada-Nya. Biarkan Tuhan sendiri secara perlahan tapi pasti mengubah diri kita, sehingga kita bisa berbalik mengalami konsolasi. Hakikat suatu perjamuan alias makan-makan bersama adalah sukacita, maka bila kita tidak merasakan sukacita selepas mengikuti misa, berarti ada yang salah dengan diri kita. Wajar saja bila kita sedang memiliki masalah, entah sedang sedih, kecewa, marah. Maka yang perlu kita lakukan adalah ketika misa saat persembahan, sembahkanlah segala masalah tersebut kepada Tuhan. Biarkan Tuhan mengambil semuanya dan mengganti dengan berkat sukacita. Selama manusia merasa “nyaman” menggenggam erat masalahnya, maka sulit bagi Tuhan untuk menggantikannya dengan berkat sukacita. Romo Eko menjelaskan hal ini dengan kisah, pernah ada yang menawarkan minuman teh Cina yang terkenal nikmat. Sedangkan dalam gelas di tangannya masih tersisa kopi pahit. Maka agar dapat menikmati teh tersebut, sisa kopi jelas harus dibuang terlebih dulu sampai bersih, baru diisi dengan teh. Sebelum misa, baik bila kita mempersiapkan diri. Di rumah, selain berdoa dan puasa satu jam sebelum terima komuni, kita dapat membaca dari buku Ruah atau Ziarah Batin, semua Bacaan dan Mazmur hari itu. Sehingga saat misa, kita hanya mendengarkan bacaan. Tidak tepat bila sambil membaca. Sebagai pamungkas, menjelang akhir seminar, Romo Eko mengajak peserta menyanyikan lagu Komuni Batin. Pada bagian karena sekarang aku tak dapat menyambut-Mu dalam Sakramen Ekaristi, Romo mengulang-ulang. Kemudian Romo menekankan bahwa saat ini, gereja-gereja sudah kembali dibuka, sehingga kondisi tak dapat menjadi tidak sah lagi. Dengan jenaka, Romo melanjutkan menyanyi datanglah sekurang-kurangnya seminggu sekali ke dalam misa-Ku. Jadi, masihkah kita pilih Misa secara online? Tulisan ini telah dimuat di hidupkatolik.com Foto-foto merupakan hasil karya Bpk. Handy Surya Wirawan.

  • Pembekalan Calon Prodiakon Angkatan 2022

    “Salah satu spiritualitas yang perlu dimiliki oleh seorang prodiakon adalah sikap setia. Setia dalam melakukan hal-hal kecil, namun dengan cinta yang besar, seperti yang diteladankan oleh Santa Theresia dari Lisieux. Contoh setia dalam hal kecil adalah bersedia bangun pagi ketika mendapatkan jadwal tugas dalam misa pukul enam pagi,” demikian disampaikan oleh Rm. Hardijantan dalam sesi pembekalan perdana bagi para calon prodiakon angkatan 2022, pada hari Minggu, 3 Juli 2022 di Ruang Kesabaran, GKP Paroki Alam Sutera. Masa pelayanan seorang prodiakon adalah tiga tahun. Dalam tiga tahun tersebut, semoga para Bapak calon prodiakon dapat membangun sebuah pengalaman akan Allah. Pengalaman tersebut dapat dimulai dengan beberapa kebiasaan sederhana. Ada dua kebiasaan yang disarankan, pertama adalah membaca Kitab Suci, dimulai dari Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu. Tidak perlu banyak-banyak, cukup 1-2 perikop setiap hari, dan mudah-mudahan bisa tuntas dalam tiga tahun tersebut. “Mungkin baik kalau nanti setelah tiga tahun, hal ini dicek kembali ya,” kata Rm. Hardijantan sambil tersenyum. “Dan baik juga bila hal ini dilakukan oleh mereka yang sudah menjadi prodiakon, seandainya belum dilakukan,” sambil memandang kepada beberapa Prodiakon yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut. Kebiasaan kedua yang perlu dimiliki adalah berdoa. “Salah satu doa yang saya sarankan adalah berdoa rosario setiap hari, luangkan waktu untuk itu,” ujar Rm. Hardijantan. “Bila ada orang yang sibuk dengan pelayanan di Gereja namun tidak berdoa, maka ia akan mengalami kekeringan, atau Santo Ignatius dari Loyola menyebutnya dengan istilah desolasi, kekeringan rohani dan jauh dari Tuhan.” Maka seorang prodiakon perlu memiliki kebiasaan untuk berdoa. Apa yang disampaikan oleh Rm. Hardijantan dalam pembekalan perdana calon prodiakon ini, rasanya baik juga bila diketahui dan dipraktekkan oleh para umat pada umumnya. Sebagai umat beriman, kita semua diundang untuk memiliki pengalaman akan Allah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dan dalam hal ini, semoga para Prodiakon dapat menjadi teladan.

  • Healing Ala Ziarek ke Jawa Tengah

    Sinar matahari belum menampakkan dirinya. Namun, sebanyak 43 orang rela bangun pagi-pagi dan berkumpul di depan Cluster Sutera Delima, Alam Sutera, pada hari Sabtu, 25 Juni 2022 lalu. Di tempat itu telah menanti sebuah bus dan tepat pukul lima pagi, peserta Ziarek Lingkungan Santo Cosmas dan Damianus ini berangkat menuju Jawa Tengah untuk melakukan ziarah ke tiga Goa Maria dan sekaligus rekreasi ke Kota Semarang. Tempat pertama yang dituju adalah Taman Rohani Jati Segara Wening, yang terletak dalam Kompleks Gereja Santo Yosef Mejasem, Kabupaten Tegal. Di tempat ini, kami melakukan Jalan Salib mengelilingi taman dan diakhir dengan doa pribadi di depan patung Bunda Maria. Kami tidak berlama-lama di sana. Setelah rehat sejenak sambil menikmati teh manis khas Kota Tegal, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kota Ambarawa. Sekitar pukul setengah empat sore, kami pun tiba di Goa Maria Kerep Ambarawa. Di tempat ini kami berdoa secara pribadi. Masing-masing dari kami dibebaskan untuk mengeksplorasi kompleks yang cukup luas tersebut. Tepat pukul lima sore, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel di Kota Semarang. Malam hari adalah acara bebas. Ada yang belanja oleh-oleh, kebetulan hotel kami di Jalan Pandanaran, sehingga kami tinggal menyeberang untuk membeli oleh-oleh. Ada pula yang pergi kuliner makanan khas Kota Semarang, terutama di sekitaran Simpang Lima. Ada perubahan acara. Menurut rencana awal, kami akan mengadakan misa di Goa Maria Pereng, pada hari Minggu siang. Panitia sudah menghubungi seorang Romo untuk memimpin misa bagi kami. Pada hari Jumat, sehari sebelum kami berangkat, kami mendapat kabar bahwa Romo sakit, sehingga tidak dapat memimpin misa bagi kami. Panitia pun mencoba mencari Romo pengganti, namun mengalami kesulitan karena waktu yang cukup mepet. Akhirnya, panitia mengubah susunan acara dan menyarankan peserta untuk mengikuti Misa Hari Minggu di Gereja Katedral Semarang, sekitar 10 menit berjalan kaki dari hotel tempat kami menginap. Alternatif yang lain adalah mengikuti Misa secara online di kamar masing-masing. Beberapa dari kami kemudian mengikuti Misa Minggu di Gereja SPM Ratu Rosario Suci Katedral Semarang. Tepat pukul 09.30 pagi, kami semua sudah bersiap di dalam bus, untuk menuju Kota Salatiga, tepatnya mengunjungi Goa Maria Pereng Getasan. Kompleksnya cukup luas. Ketika kami tiba di sana, ada rombongan lain yang sudah lebih dahulu tiba dan tengah melakukan Jalan Salib dengan menggunakan Bahasa Jawa. Dari Goa Maria Pereng Getasan, kami menuju tempat wisata Dusun Semilir untuk makan siang. Tempat wisata ini ramai sekali, area parkir penuh dengan mobil dan juga beberapa bus rombongan. Mungkin karena hari Minggu dan juga liburan sekolah membuat tempat wisata ini ramai. Seusai makan, kami berfoto-foto sejenak, lalu pukul 15:00 kami melanjutkan perjalanan, kembali ke Serpong. Perjalanan pulang sedikit terhambat, karena ada kecelakaan lalu lintas di jalan tol. Namun, kami semua menikmati perjalanan pulang tersebut. “Healing” yang telah dilalui selama dua hari membuat mood kami semua tetap santai dan gembira, hingga tiba di Serpong pukul 01:30 pagi. Syukur kepada Tuhan atas perlindungan-Nya selama perjalanan kami ini.

bottom of page