top of page
Santo Laurensius, Pelindung

Pauperes Sunt Thesauri Ecclesiae  (Orang miskin adalah harta Gereja)


St. Laurensius adalah kepala dari tujuh diakon agung yang melayani Gereja Roma pada pertengahan abad ke-3 M dan menerima mahkota kemartian pada tahun 258 di bawah kekuasaan Kaisar Valerianus. Diakon, yang berasal dari kata diakonos (Bhs. Yunani) artinya pelayan, mengambil rupa Kristus yang datang “bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mat 20:28) dan diserahi tugas pelayanan Gereja (diakonia) serta membantu Uskup dan imam dalam peribadatan. 

​

Kisah hidup Laurensius yang ditelusuri melalui tradisi kuno Gereja Roma, terutama dari tulisan De Officiis karya St. Ambrosius, Uskup Agung Milan, adalah seorang diakon yang melayani Paus Sixtus II (257-258). Disamping menjadi pelayan Paus dalam tiap peribadatan, Laurensius ditugaskan mengurus harta kekayaan Gereja dan membagikan derma kepada fakir miskin di seluruh kota Roma. 


Menurut tradisi, Laurensius lahir di Aragon, Spanyol dan menyelesaikan studi humaniora serta teologi di Saragoza di bawah pendampingan Paus Sixtus II. Ketika diangkat menjadi Paus, Sixtus II mengangkat Laurensius, yang juga murid dan rekannya, untuk turut serta melayani Gereja sebagai kepala diakon agung. Laurensius dipilih karena memiliki kepenuhan hidup manusiawi, berupa ketajaman budi dan intelektual, kesempurnaan kasih, dan semangat persekutuan dengan Kristus serta pimpinan Gereja.

Pada masa kekuasaan Kaisar Valerianus (253-260), umat Kristiani mengalami pengejaran dan penyiksaan. Kaisar mengeluarkan perintah agar menangkap semua uskup, imam, dan diakon dan menjatuhi mereka hukuman mati. Ketika Paus Sixtus II ditangkap oleh serdadu-serdadu Romawi, Laurensius bertekad menemani beliau sampai kematiannya. Laurensius berkata kepada Bapa Paus, “Aku akan menyertaimu kemana saja engkau pergi. Tidaklah pantas seorang imam agung Kristus pergi tanpa didampingi diakonnya.” Paus yang terharu mendengar hal itu, berkata, “Janganlah sedih dan menangis anakku, aku tidak sendirian, Kristus menyertai aku. Dan engkau, tiga hari lagi, engkau akan mengikuti aku ke dalam kemuliaan surgawi.” Paus Sixtus II dijatuhi hukuman mati bersama empat diakon pada tanggal 6 Agustus.


Cornelius Saecularis, Prefek kota Roma mengetahui bahwa Gereja mempunyai banyak harta kekayaan dan mendapat laporan tentang Laurensius yang mengurus semua kekayaan itu. Ketika ditangkap dan dimasukkan dalam penjara, ia dibujuk untuk menyerahkan secepatnya harta Gereja sebagai ganti hukuman mati. Dengan tenang Laurensius menjawab, “Baiklah tuan, dalam waktu tiga hari akan kuserahkan semua kekayaan ini kepadamu.” Lalu ia dibiarkan kembali ke kediamannya.
Laurensius segera mengumpulkan orang-orang miskin dan membagi-bagikan harta Gereja kepada mereka. Di bawah pimpinannya, orang-orang miskin itu berarak menuju kediaman Prefek Kota Roma. Di hadapan penguasa Roma tersebut ia berkata, “Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja yang saya jaga. Terimalah dan peliharalah mereka dengan sebaik-baiknya”.

exterior #1_edited.jpg
IMG_4758.HEIC

Tindakan dan kata-katanya yang dianggap sebagai penghinaan terhadap penguasa Roma, membuat Laurensius ditangkap kembali dan dijatuhi hukuman mati dengan dipanggang hidup-hidup diatas terali besi yang panas membara. Dengan tabah dan mendoakan agar orang-orang bertobat, ia menjalani hukuman tanpa rasa gentar, hingga membuat seorang tentara bernama Romanus meminta dirinya untuk dibaptis. Laurensius menghembuskan nafas terakhirnya diatas pemanggangan dan menyerahkan hidupnya kepada Kristus sebagai martir.
Berkat pelayanannya sebagai diakon dan kemartirannya, Laurensius merupakan orang kudus yang paling dihormati dalam Gereja Roma.


Santo Agustinus melalui tulisan-tulisannya menyatakan bahwa banyak orang yang berdoa melalui perantaraan Laurensius dan terkabulkan, “Tuhan menganugerahkan karunia-karunia kecil kepada orang-orang yang berdoa dengan perantaraan Laurensius supaya mereka terdorong untuk memohon karunia yang lebih besar, yaitu cinta kasih kepada sesama dan kesetiaan kepada Kristus.” St. Laurensius menunjukkan teladan totalitas pelayanan yang juga berkaitan kasih karitatif kepada  orang miksin. Itu semua bersumber pada kepenuhan hidup manusiawi dan kesempurnaan kasih Kristiani. Kesaksian tertinggi dari pelayanan kasih itu berpuncak pada kemartirannya. 


Pesta nama Santo Laurensius dirayakan oleh Gereja setiap tanggal 10 Agustus.

 

bottom of page