top of page

61 items found for ""

  • Ikut "Emmaus Journey" Untung atau Rugi?

    “Ikut EJ untung atau rugi ya?” Pertanyaan yang spontan timbul ketika mendengar homili Romo Victorius Rudy Hartono, ketika beliau memimpin Perayaan Ekaristi membuka Angkatan ke 21 Kelompok Spiritualitas Kitab Suci Emmaus Journey, pada hari Sabtu, 2 Juli 2022 di Ruang Sukacita, GKP Gereja St. Laurensius, Paroki Alam Sutera. Romo Rudy dalam homilinya berulang kali mengatakan tidak ada ruginya! Tidak rugi ikut EJ! Romo Rudy membuka penjelasannya dengan mengatakan beberapa kutipan sebagai berikut, “Saya belajar bukan untuk sekolah itu saja, tapi untuk kehidupan!” “Kita sekolah, kita banyak belajar, itu semua supaya perpektif hidup kita lebih luas.” “Firman Tuhan itu harus menjadi andalan, dasar kekuatan kita orang beriman.” “Manusia tanpa doa, dia tidak mengandalkan Tuhan. Tapi manusia dengan doa, dia mengandalkan firman Tuhan.” Dari catatan-catatan ini Romo Rudy membuka Kelompok EJ 21 Paroki Alam Sutera. Secara guyon, Romo Rudy meminta agar Panitia mengambil foto wajah-wajah peserta baru. “Untuk apa? Tanpa disuruh pun mereka sudah berfoto-ria.” “Untuk kita lihat ‘Before and After’nya.” jawab Romo. Sebelum mengikuti EJ wajah-wajah yang penuh keraguan, ketidak-mengertian akan firman Allah, dan mungkin ada yang sedang menghadapi masalah tak terpecahkan. Setelah mengikuti EJ? Apakah wajah-wajah itu mengalami perubahan? Bersinar-sinar, ceria, percaya diri, suka membantu, penuh kasih, dan penuh sukacita? Seperti itulah yang diharapkan. Semoga demikianlah nampak pada diri ‘Emmauser’ (sebutan untuk yang telah mengikuti EJ). Seperti hasil dari kedua orang murid yang berjumpa dengan Yesus di dalam perjalanan menuju ke Emmaus (Lukas 24:13-35), demikian pula ‘Emmauser’ diharapkan dapat menularkan antusiasme iman yang berkobar-kobar, menjadi saksi-Nya dimanapun ia berada, apapun yang ia kerjakan. Perayaan Ekaristi di akhiri dengan doa berkat untuk semua yang terlibat dalam EJ Angkatan 21 ini, Peserta, Fasilitator, Panitia, dan Pengurus Sub-seksi. Semoga semuanya mencapai tujuan yang diharapkan yaitu perubahan rohani yang benar, menuju pada kehidupan yang lebih baik. Selamat mengikuti Kelompok Spiritualitas Kitab Suci Emmaus Journey angkatan 21. Semoga Tuhan Yesus menyertai, dan memberkati niat baik kita semua. Salam Emmauser! Berkobar-kobar! (LeoHAT)

  • Seminar Rohani bersama Romo Eko Wahyu Osc

    Keluarga yang Tumbuh dalam Perayaan Ekaristi dan Peduli untuk membangun Gereja Allah Panitia Pembangunan Gereja St Perawan Maria Benteng Gading Hari Sabtu pagi, 2 Juli 2022, tampak orang berbondong-bondong datang ke Gereja St. Laurensius, Alam Sutera. Ada beberapa acara diselenggarakan di situ, antara lain vaksinasi Covid-19, misa pemberkatan nikah, dan seminar rohani bersama Romo Eko Wahyu, OSC. Romo Eko datang ke St. Laurensius Alam Sutera? Ya, ternyata beliau datang atas undangan Panitia Pembangunan Gereja St Perawan Maria Benteng Gading. Dari 600 kursi yang disediakan oleh panitia, hampir semua terisi dan sebagian besar peserta sudah hadir sejak pagi. Romo Eko Wahyu memang banyak penggemarnya, hal ini juga disebutkan oleh Romo Hadi Suryono, Pr, pastor paroki Alam Sutera, saat membuka acara ini. Beliau menyebutkan Romo Eko Wahyu sebagai seorang Youtuber yang terkenal. Memang romo Eko Wahyu memberikan seminar dengan cara dan gayanya yang khas, yaitu penuh canda dan tawa tanpa mengesampingkan isi seminarnya. Juga romo mengajak peserta bernyanyi, mengadakan dialog dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga umat diajak ikut berpikir. Pada perjamuan terakhir Yesus membagikan roti dan anggur, dan dalam tradisi Yahudi, roti adalah lambang makanan sehari hari sedangkan anggur adalah lambang sukacita. Maka kalau orang Yahudi menghadirkan roti dan anggur, maka yang dihadirkan adalah sukacita yang berlimpah. Yesus tahu bahwa hidup di dunia tidak mudah, sehingga Ia menyediakan diri sebagai makanan agar kita kuat menghadapi tantangan. “Akulah Roti Hidup, barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku ia mempunyai hidup yang kekal…” (Yoh 6:51-58). Perayaan Ekaristi harus membawa dampak nyata yaitu gembira, penuh syukur dan sukacita karena sudah ditopang oleh Ekaristi. Selain itu dalam Perayaan Ekaristi Kristus mempersembahkan diri, dan Dia-pun menginginkan kita mempersembahkan kehidupan kita. Yesus ingin menyatu dengan kita, ingin membuat kita sama dengan diri-Nya. Tujuannya adalah agar manusia diselamatkan sampai di surga. Sering kita salah mengartikan kebaikan Tuhan, dengan meminta hal-hal yang bersifat duniawi dalam doa-doa kita. Perlu diingat bahwa meskipun banyak terjadi mukjizat kesembuhan, namun tidak semua orang sakit disembuhkan, karena Yesus datang bukan untuk menyembuhkan melainkan untuk menyelamatkan. Dalam Perayaan Ekaristi ada juga terjadi perjalanan Emaus sebagaimana dua orang murid berjalan bersama Yesus yaitu meratapi kehilangan (kekecewaan, pengalaman pahit, kesedihan dan lain lain); menegaskan kehadiran dengan bersikap rendah hati; mengundang Tuhan ke dalam hati kita melalui credo; menyatukan diri dengan Tuhan dalam persekutuan/ communion; dan bersiap menjalankan tugas perutusan, bersiap untuk memikul salib. Perayaan Ekaristi adalah bekal bagi kita untuk menghadapi orang-orang yang menyebalkan dan menyakiti kita. Ekaristi adalah Sakramen yang paling indah. Akhirnya, meskipun acara berakhir lebih lama daripada jadwal yang sudah disusun oleh panitia, para peserta tetap setia dan tidak beranjak dari tempat duduknya. Yang menarik, panitia menyediakan beberapa souvenir atau hadiah berupa salib bagi peserta yang dapat menjawab pertanyaan romo dengan benar dan bagi yang mengajukan pertanyaan. Pada akhir acara romopun tidak bisa langsung meninggalkan tempat karena banyak yang ingin sekedar menyapa, meminta foto bersama, memohon berkat dll. Proficiat bagi panitia seminar yaitu Lingkungan St. Teresa Kalkuta dari Gading Serpong yang telah menyelenggarakan acara dengan sukses, meskipun pada awalnya peserta yang mendaftar tidak banyak sehingga membuat panitia cemas. Juga selamat pada MC dan tim Mudika yang telah memeriahkan acara dengan musik, lagu-lagu serta gerak dan lagu. Tuhan memberkati. ---

  • Masih Mau Misa Online?

    HARI masih pagi, cuaca cerah. Halaman parkir Sekolah Laurensia masih lengang. Setelah parkir mobil, aku berjalan masuk halaman Gereja St. Laurensius, yang letaknya tepat bersebelahan dengan sekolah. Tak lama kemudian, aku sudah masuk dalam aula gereja. Kursi-kursi masih kosong, namun panitia nan sigap dan ramah, sudah siap menyambut tamu. Sepertinya aku datang terlalu pagi. Pagi itu, Sabtu, 2 Juli 2022, ada hajatan di aula gereja, berupa seminar rohani. Gegara pandemi covid, selama dua tahun lebih semua acara gereja dilakukan secara online. Maka seminar ini, yang digagas oleh Lingkungan Sta. Teresa Calcuta dan menggandeng PPG St. Maria Benteng Gading adalah acara tatap muka pertama di paroki kami yang melibatkan ratusan orang. Tepatnya ada 520 tiket seminar yang terjual. Respons umat yang di luar dugaan sekaligus karya Tuhan yang luar biasa, mengingat awalnya panitia hanya mencetak 300 tiket. Acara seminar ini merupakan salah satu upaya PPG menghimpun dana dari umat untuk pembangunan gereja baru di Gading Serpong, sebagai pengembangan Paroki Alam Sutera. Kebutuhan dana masih sangat besar. Maka paralel dengan progress proyek pembangunan, PPG terus mengupayakan penggalangan dana, sehingga diharapkan bangunan gereja dapat selesai tahun depan. Seminar ini bertajuk “Keluarga yang Tumbuh dalam Perayaan Ekaristi dan Peduli untuk Membangun Gereja Allah”. Idenya berawal dari keprihatinan Gereja, kala Misa-misa telah kembali dibuka tanpa pembatasan, ternyata belum seluruh umat tergerak untuk ikut Misa di gereja. Masih cukup banyak umat yang kebablasan merasa nyaman dengan Misa online. Harus diakui Misa online memang sangat nyaman. Hemat waktu, cukup 1-2 menit sebelum jam Misa untuk duduk manis di depan TV atau gawai. Hemat biaya, karena tidak perlu bayar parkir dan bensin. Tak perlu dandan bahkan masih mengenakan rol rambut pun bisa Misa online. Wajar bila berat untuk move on. Pembicara tunggal dalam seminar ini adalah Romo Eko Wahyu, OSC. Romo Eko, panggilan akrabnya, berkarya di Gereja St. Helena, Paroki Curug, masih tetangga Paroki Alam Sutera. Ia dikenal piawai dalam mengajar, bukan hanya karena pengetahuannya yang luas, tapi lebih karena cara ia mengajar. Suaranya sangat khas, lantang dan sangat sering diselingi tawa menggelegar. Ini membuat semua yang mengikuti acaranya ikut tertawa terbahak-bahak, tak jarang sampai sakit perut. Ia juga aktif memainkan mimik wajah dan gerak tubuh, serta berjalan di antara peserta seminar, sehingga suasana selalu hidup. Dalam seminar kali ini, Romo Eko menjelaskan dengan gamblang mengapa perlu hadir dalam Misa di gereja alih-alih terus mengikuti misa online. Aku mencatat beberapa hal: Liturgi Ekaristi merupakan perjamuan kudus selayaknya perjamuan kelak di Surga. Tuhan Yesus sendiri hadir dan mengundang kita. Tuhan ingin dekat dengan kita, maka selayaknya kita hadir memenuhi undangan-Nya. Romo Eko menggambarkan Misa online setara hubungan LDR, tidak ada kedekatan yang nyata. Bila pada Liturgi Ekaristi kita menyantap Tubuh Kristus, maka pada Liturgi Sabda kita “menyantap” Firman. Keduanya saling melengkapi. Jadi tidak layak bila kita beranggapan yang penting terima komuni. Upacara yang lain dianggap tidak penting, sehingga tidak apa-apa datang terlambat dan pulang duluan. Dalam perjalanan hidup, manusia bisa saja mengalami desolasi, momen merasa jauh dari Tuhan. Justru inilah saat memaksakan diri rajin hadir dalam misa. Mendekatkan diri kepada-Nya. Biarkan Tuhan sendiri secara perlahan tapi pasti mengubah diri kita, sehingga kita bisa berbalik mengalami konsolasi. Hakikat suatu perjamuan alias makan-makan bersama adalah sukacita, maka bila kita tidak merasakan sukacita selepas mengikuti misa, berarti ada yang salah dengan diri kita. Wajar saja bila kita sedang memiliki masalah, entah sedang sedih, kecewa, marah. Maka yang perlu kita lakukan adalah ketika misa saat persembahan, sembahkanlah segala masalah tersebut kepada Tuhan. Biarkan Tuhan mengambil semuanya dan mengganti dengan berkat sukacita. Selama manusia merasa “nyaman” menggenggam erat masalahnya, maka sulit bagi Tuhan untuk menggantikannya dengan berkat sukacita. Romo Eko menjelaskan hal ini dengan kisah, pernah ada yang menawarkan minuman teh Cina yang terkenal nikmat. Sedangkan dalam gelas di tangannya masih tersisa kopi pahit. Maka agar dapat menikmati teh tersebut, sisa kopi jelas harus dibuang terlebih dulu sampai bersih, baru diisi dengan teh. Sebelum misa, baik bila kita mempersiapkan diri. Di rumah, selain berdoa dan puasa satu jam sebelum terima komuni, kita dapat membaca dari buku Ruah atau Ziarah Batin, semua Bacaan dan Mazmur hari itu. Sehingga saat misa, kita hanya mendengarkan bacaan. Tidak tepat bila sambil membaca. Sebagai pamungkas, menjelang akhir seminar, Romo Eko mengajak peserta menyanyikan lagu Komuni Batin. Pada bagian karena sekarang aku tak dapat menyambut-Mu dalam Sakramen Ekaristi, Romo mengulang-ulang. Kemudian Romo menekankan bahwa saat ini, gereja-gereja sudah kembali dibuka, sehingga kondisi tak dapat menjadi tidak sah lagi. Dengan jenaka, Romo melanjutkan menyanyi datanglah sekurang-kurangnya seminggu sekali ke dalam misa-Ku. Jadi, masihkah kita pilih Misa secara online? Tulisan ini telah dimuat di hidupkatolik.com Foto-foto merupakan hasil karya Bpk. Handy Surya Wirawan.

  • Pembekalan Calon Prodiakon Angkatan 2022

    “Salah satu spiritualitas yang perlu dimiliki oleh seorang prodiakon adalah sikap setia. Setia dalam melakukan hal-hal kecil, namun dengan cinta yang besar, seperti yang diteladankan oleh Santa Theresia dari Lisieux. Contoh setia dalam hal kecil adalah bersedia bangun pagi ketika mendapatkan jadwal tugas dalam misa pukul enam pagi,” demikian disampaikan oleh Rm. Hardijantan dalam sesi pembekalan perdana bagi para calon prodiakon angkatan 2022, pada hari Minggu, 3 Juli 2022 di Ruang Kesabaran, GKP Paroki Alam Sutera. Masa pelayanan seorang prodiakon adalah tiga tahun. Dalam tiga tahun tersebut, semoga para Bapak calon prodiakon dapat membangun sebuah pengalaman akan Allah. Pengalaman tersebut dapat dimulai dengan beberapa kebiasaan sederhana. Ada dua kebiasaan yang disarankan, pertama adalah membaca Kitab Suci, dimulai dari Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu. Tidak perlu banyak-banyak, cukup 1-2 perikop setiap hari, dan mudah-mudahan bisa tuntas dalam tiga tahun tersebut. “Mungkin baik kalau nanti setelah tiga tahun, hal ini dicek kembali ya,” kata Rm. Hardijantan sambil tersenyum. “Dan baik juga bila hal ini dilakukan oleh mereka yang sudah menjadi prodiakon, seandainya belum dilakukan,” sambil memandang kepada beberapa Prodiakon yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut. Kebiasaan kedua yang perlu dimiliki adalah berdoa. “Salah satu doa yang saya sarankan adalah berdoa rosario setiap hari, luangkan waktu untuk itu,” ujar Rm. Hardijantan. “Bila ada orang yang sibuk dengan pelayanan di Gereja namun tidak berdoa, maka ia akan mengalami kekeringan, atau Santo Ignatius dari Loyola menyebutnya dengan istilah desolasi, kekeringan rohani dan jauh dari Tuhan.” Maka seorang prodiakon perlu memiliki kebiasaan untuk berdoa. Apa yang disampaikan oleh Rm. Hardijantan dalam pembekalan perdana calon prodiakon ini, rasanya baik juga bila diketahui dan dipraktekkan oleh para umat pada umumnya. Sebagai umat beriman, kita semua diundang untuk memiliki pengalaman akan Allah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dan dalam hal ini, semoga para Prodiakon dapat menjadi teladan.

  • Healing Ala Ziarek ke Jawa Tengah

    Sinar matahari belum menampakkan dirinya. Namun, sebanyak 43 orang rela bangun pagi-pagi dan berkumpul di depan Cluster Sutera Delima, Alam Sutera, pada hari Sabtu, 25 Juni 2022 lalu. Di tempat itu telah menanti sebuah bus dan tepat pukul lima pagi, peserta Ziarek Lingkungan Santo Cosmas dan Damianus ini berangkat menuju Jawa Tengah untuk melakukan ziarah ke tiga Goa Maria dan sekaligus rekreasi ke Kota Semarang. Tempat pertama yang dituju adalah Taman Rohani Jati Segara Wening, yang terletak dalam Kompleks Gereja Santo Yosef Mejasem, Kabupaten Tegal. Di tempat ini, kami melakukan Jalan Salib mengelilingi taman dan diakhir dengan doa pribadi di depan patung Bunda Maria. Kami tidak berlama-lama di sana. Setelah rehat sejenak sambil menikmati teh manis khas Kota Tegal, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kota Ambarawa. Sekitar pukul setengah empat sore, kami pun tiba di Goa Maria Kerep Ambarawa. Di tempat ini kami berdoa secara pribadi. Masing-masing dari kami dibebaskan untuk mengeksplorasi kompleks yang cukup luas tersebut. Tepat pukul lima sore, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel di Kota Semarang. Malam hari adalah acara bebas. Ada yang belanja oleh-oleh, kebetulan hotel kami di Jalan Pandanaran, sehingga kami tinggal menyeberang untuk membeli oleh-oleh. Ada pula yang pergi kuliner makanan khas Kota Semarang, terutama di sekitaran Simpang Lima. Ada perubahan acara. Menurut rencana awal, kami akan mengadakan misa di Goa Maria Pereng, pada hari Minggu siang. Panitia sudah menghubungi seorang Romo untuk memimpin misa bagi kami. Pada hari Jumat, sehari sebelum kami berangkat, kami mendapat kabar bahwa Romo sakit, sehingga tidak dapat memimpin misa bagi kami. Panitia pun mencoba mencari Romo pengganti, namun mengalami kesulitan karena waktu yang cukup mepet. Akhirnya, panitia mengubah susunan acara dan menyarankan peserta untuk mengikuti Misa Hari Minggu di Gereja Katedral Semarang, sekitar 10 menit berjalan kaki dari hotel tempat kami menginap. Alternatif yang lain adalah mengikuti Misa secara online di kamar masing-masing. Beberapa dari kami kemudian mengikuti Misa Minggu di Gereja SPM Ratu Rosario Suci Katedral Semarang. Tepat pukul 09.30 pagi, kami semua sudah bersiap di dalam bus, untuk menuju Kota Salatiga, tepatnya mengunjungi Goa Maria Pereng Getasan. Kompleksnya cukup luas. Ketika kami tiba di sana, ada rombongan lain yang sudah lebih dahulu tiba dan tengah melakukan Jalan Salib dengan menggunakan Bahasa Jawa. Dari Goa Maria Pereng Getasan, kami menuju tempat wisata Dusun Semilir untuk makan siang. Tempat wisata ini ramai sekali, area parkir penuh dengan mobil dan juga beberapa bus rombongan. Mungkin karena hari Minggu dan juga liburan sekolah membuat tempat wisata ini ramai. Seusai makan, kami berfoto-foto sejenak, lalu pukul 15:00 kami melanjutkan perjalanan, kembali ke Serpong. Perjalanan pulang sedikit terhambat, karena ada kecelakaan lalu lintas di jalan tol. Namun, kami semua menikmati perjalanan pulang tersebut. “Healing” yang telah dilalui selama dua hari membuat mood kami semua tetap santai dan gembira, hingga tiba di Serpong pukul 01:30 pagi. Syukur kepada Tuhan atas perlindungan-Nya selama perjalanan kami ini.

  • Ziarek Lingkungan St. Angela Merici ke Gua Maria di Keuskupan Bogor

    Di bulan Mei 2022, yang juga dirayakan sebagai Bulan Maria, kerinduan umat Lingkungan Santa Angela Merici, Wilayah 1, untuk mengadakan Ziarek akhirnya terpenuhi. Dua tahun lebih masa pandemi telah membuat kami tidak dapat pergi bersama-sama mengunjungi Gua Maria. Tepatnya pada hari Jumat, 27 Mei 2022, Lingkungan Santa Angela Merici mengadakan Ziarek mengunjungi tiga Gua Maria yang berada di kota Cibinong dan Bogor. Dengan menggunakan bis, acara ini menjadi lebih spesial karena ada Rm. Hardijantan yang turut serta dan mendampingi peserta Ziarek. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Gereja Keluarga Kudus di Cibinong. Tiba di tempat ini pukul 7 pagi, kami lalu mengadakan Misa dan Novena Roh Kudus, dan dilanjutkan dengan doa pribadi di Gua Maria Keluarga Kudus. Dari Gereja Keluarga Kudus, kami melanjutkan perjalanan menuju Taman Doa Bumi Maria Sareng Para Rasul, Ciluar. Di tempat ini kami berdoa Jalan Salib, dan dilanjutkan dengan doa pribadi di Gua Maria Sareng Para Rasul. Selanjutnya kami menuju kota Bogor dan makan siang terlebih dahulu di Restoran Sari di Jalan Surya Kencana, Bogor. Setelah makan siang, kami menuju Gereja Katedral Bogor. Di Gereja Katedral, kami mendaraskan Doa Koronka Kerahiman Ilahi dan Doa Santa Brigita, lalu dilanjutkan dengan berdoa pribadi di Gua Maria Katedral Bogor. Kami bersyukur perjalanan Ziarek ke tiga Gua Maria yang masih belum banyak dikunjungi ini dapat berjalan lancar. Semoga informasi ini bisa menjadi Ziarek yang dapat dilakukan bersama oleh Lingkungan lain. Indahnya berbagi.

  • Ibadah Tuguran OMK Bersama Yesus di Taman Getsemani

    Shalom sahabat OMK! Saat ini kita sedang memasuki Tri Hari Suci, yang dimulai pada Kamis Putih berarti keheningan dan ditutup pada Hari Raya Paskah dimana kita merayakan kebangkitan dan kebahagiaan. Nah, tapi Sahabat OMK tau gak sih makna dari Kamis Putih? Kemarin umat katolik di seluruh dunia memulai Tri Hari Suci dengan hari pertama yaitu Misa Kamis Putih. Bahkan sebelum pukul 17.00, pada hari Kamis, tanggal 14 April 2022, Gereja Santo Laurensius sudah dipenuhi oleh umat yang datang dengan antusias. Tidak kalah, banyak para Orang Muda Katolik yang juga ikut hadir. Dihadiri oleh 70 OMK lebih, tidak hanya anggota Sie Kepemudaan tetapi OMK serta luar paroki juga berpartisipasi dalam Misa Kamis Putih. Kamis Putih adalah peristiwa Tuhan Yesus membasuh kaki para muridnya dan makan malam bersama dengan mereka (untuk yang terakhir kali) sebelum Tuhan Yesus ditangkap, disesah, diolok-olok, disalibkan dan wafat di kayu salib. Misa Kamis Putih ini oleh Romo Bernardus Hardijantan “Hardi” Dermawan dan Romo Fransiskus Xaverius Dista Kristanto. Romo Hardi menekankan bahwa membasuh kaki adalah pekerjaan hamba atau budak. Kata budak dipakai oleh para nabi untuk melambangkan pekerja yang tidak diberi upah sedangkan hamba adalah pelayan yang berstatus rendah. Tuhan Yesus menurunkan derajatNya menjadi seorang hamba. Tuhan Yesus membasuh kaki kedua belas murid, termasuk Yudas Iskariot yang mengkhianatiNya dengan menyerahkan diriNya untuk disalibkan demi uang. Tuhan Yesus melakukan hal itu, supaya kelak para murid-muridNya melakukan hal yang serupa yaitu melayani sesama. Melayani sesama tentunya bukanlah hal yang mudah dan sangat melelahkan. Disini kita diajari untuk menjadi rendah hati dan melayani, dimulai dari melayani Allah sendiri lalu melayani sesama. Misa Kamis Putih dilanjutkan oleh ibadah Tuguran dimana Romo Hardi membawa Sakramen Mahakudus keluar dari gereja dan perarakan menuju GKP (Gedung Karya Pastoral). Lalu mengapa Tuguran itu perlu dilakukan pada hari Kamis Putih? Tuguran adalah kegiatan yang dilakukan oleh umat Katolik, yakni berjaga-jaga dengan Tuhan Yesus sambil berdoa. Hal ini mencerminkan peristiwa Yesus yang berdoa di Taman Getsemani dimana para muridNya tidak sanggup untuk berjaga-jaga denganNya dan tidur terlelap. Peristiwa Tuguran di Gereja Santo Laurensius dimulai dengan Romo Hardi beserta Putra Atar mengarak Sakramen Mahakudus dan OMK mengiringi sambil membawa lentera menuju GKP tepatnya di Ruang Kasih. Ketika Romo Hardi lewat dengan membawa Sakramen Mahakudus, OMK membungkukan badan dan menghormati dengan berlutut sampai menyentuh tanah. Sesampainya di Ruang Kasih, Romo Hardi berdoa sebentar, meletakkan Sakramen Mahakudus, lalu kembali ke pastoran untuk bersiap misa Kamis Putih selanjutnya. Tuguran dilakukan oleh 70 OMK, dipimpin oleh Cliff dari Divisi Kerohanian. Ibadah Tuguran dibuka dengan doa, dilanjutkan dengan pertanyaan refleksi oleh Gita (Div. Kerohanian). Inti dari Ibadah Tuguran adalah saat hening, dimana kami memaknai dan mendalami perasaan takut Tuhan Yesus ketika akan dibawa untuk disalibkan. Suasana begitu khusyuk, kami seakan berada di taman Getsemani bersama Yesus, hal ini menimbulkan rasa sedih dan takut yang mendalam bahwa Yesus sebentar lagi akan diambil dari sisi kita dan disalibkan. Ibadah ditutup dengan lagu taize Pujilah Tuhan dan Yesus Ingat Aku. Ibadah Tuguran berlangsung dari pukul 18.30 sampai 19.30. Demikian kami OMK Santo Laurensius mengikuti Misa Kamis Putih dan Ibadah Tuguran. Semoga kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus. Selamat memasuki Tri Hari Suci. Tuhan Yesus Memberkati, Bunda Maria Mendoakan.

  • Rosario Keliling ala Lingkungan St. Damianus

    Berdoa Rosario sambil keliling berjalan kaki, dari rumah ke rumah. Itulah yang dilakukan oleh umat Lingkungan Santo Damianus, Wilayah 1, selama bulan Mei 2022, bulan Maria. "Kali ini kita adakan sebanyak sembilan kali, supaya kita bisa mendoakan Novena Tiga Salam Maria juga," ujar Yurita Tjahaja, Sang Ketua Lingkungan. Ada lima rumah yang mewakili lima Peristiwa dalam Doa Rosario. Setelah renungan Peristiwa Rosario dibacakan, umat lalu berjalan menuju rumah berikutnya, sambil mendaraskan 10 kali Salam Maria. Kegiatan serupa sudah pernah dilakukan di bulan Oktober 2021 lalu. Saat itu Doa Rosario diadakan sebanyak 4 kali saja, menimbang kondisi Pandemi Covid-19 pada masa itu. Novena Tiga Salam Maria rupanya juga menjadi pengikat. Di pertemuan yang ke-5 atau ke-6, salah satu umat, Betara Hendro Cahyono mengalami bentrok dengan jadwal sebuah rapat daring. Namun Ebet, panggilan akrabnya, memilih untuk mengikuti Doa Rosario. "Saya sudah ikut Doa Rosario dan Novena dari awal, sayang kalau harus putus doanya," kata Ebet. Kegiatan Rosario Keliling ini mendapat sambutan baik dari umat Lingkungan Santo Damianus. Hampir semua rumah umat mendapat giliran sebagai tempat singgah patung Bunda Maria. Anak-anak kebagian tugas membawa lilin, salib dan patung Bunda Maria. Yang OMK mendapat tugas membaca renungan Peristiwa Rosario. Rata-rata sekitar 30 orang umat yang mengikuti Rosario Keliling ini. Bahkan Opa Daryanto Lukman yang berusia 88 tahun pun mau ikut berjalan keliling, sambil membawa tongkatnya. Semoga kegiatan sederhana ini menjadi pengalaman rohani, khususnya bagi anak-anak, yang akan menjadi kenangan indah di masa kanak-kanak mereka, menumbuhkan cinta kepada Bunda Maria. Per Marian ad Jesum, melalui Maria menuju Yesus.

  • REFLEKSI 2022: Melayani dengan Kasih

    Perayaan Ekaristi Minggu, 30 Januari 2022 pukul 08.30 lalu mengambil kesempatan pula untuk melantik para ketua seksi dan bagian baru dalam jajaran kepengurusan Paroki Alam Sutera. Dalam kesempatan itu, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) RD Samuel Pangestu berpesan pada para pengemban tanggung jawab baru itu: melayanilah dengan kasih. “Menjadi kepala bagian, menjadi kasie, menjadi apapun dengan aktif di Gereja, kalau enggak meletakkan aktivitas kita, apapun, perkataan kita, kalau enggak ada kasih, ya untuk apa?” ujar Romo Samuel dalam homilinya. Bercermin pada apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus sebagai bacaan kedua pada perayaan Ekaristi tersebut, kasih seharusnya menjadi pilihan utama dan mendasar dalam melaksanakan pelayanan apapun. Homili ini menjadi pengingat yang sangat penting beberapa saat sebelum para Ketua Seksi dan Kepala Bagian baru yang telah terpilih dilantik secara resmi. Pengalungan kalung salib dan penyerahan surat tugas menjadi tanda akan sebuah tanggung jawab besar yang diemban dalam iman kepada Kristus setidaknya selama tiga tahun ke depan. Namun, segala macam usaha dan dedikasi tidak akan berarti jika tidak dilandaskan pada kasih. Hal ini pula yang menjadi poin utama dalam pembekalan yang langsung dilaksanakan usai Misa, bertempat di Ruang Sukacita Gedung Karya Pastoral (GKP) Paroki Alam Sutera, hingga pertemuan berakhir sekitar pukul 11.30. Pada pembekalan pertama para Ketua Seksi dan Kepala Bagian baru tersebut, pengurus diingatkan kembali pada dasar-dasar mengemban pelayanan di Gereja. Romo Hadi selaku Pastor Kepala Paroki dan Romo Samuel sebagai Vikjen KAJ mengingatkan kembali pada setidaknya dua poin. Bahwa pelayanan harus dimulai dari ketaatan pada panggilan Tuhan, yang terwujud pula pada ketaatan terhadap hierarki Gereja dan paroki. Selain itu, kini saatnya para pelayan, mau jadi kepala apapun itu, sudah saatnya mendengarkan keinginan dan keresahan umat. Di tengah pandemi Covid-19 yang tengah merebak, Gereja harus menjadi sumber ketenangan dan keteduhan. Spiritualitas umat terutama harus menjadi perhatian. Tidak lupa pula pada dasar yang paling utama, hukum utama dari ajaran Kristiani, yaitu kasih. Selamat melayani, para Ketua Seksi dan Kepala Bagian yang baru. Tuhan memberkati kita semua, dalam kasih dan rahmat-Nya kita dimampukan! Penulis: Michael Jason/ Komsos Paroki Foto: Nicholaus Dony/ Komsos Paroki

  • Pesta Kerahiman Ilahi

    Pesta Kerahiman Ilahi dirayakan oleh Gereja Katolik pada hari Minggu pertama sesudah Paskah. Ini adalah permintaan Tuhan Yesus yang disampaikan melalui Santa Faustina, "Aku menghendaki gambar (Kerahiman Ilahi) itu diberkati secara meriah pada hari Minggu pertama sesudah Paskah, dan Aku menghendaki gambar itu dihormati secara publik supaya setiap jiwa dapat mengenalnya." (BCHF 341) Bapa Paus Yohanes Paulus II kemudian menetapkan Minggu Paskah II sebagai Pesta Kerahiman Ilahi, pada waktu kanonisasi Santa Faustina paada tanggal 30 April 2000. Gereja Santo Laurensius, Paroki Alam Sutera, merayakan Pesta Kerahiman Ilahi secara meriah di seluruh jadwal Misa Minggu Paskah II, yaitu pada hari Sabtu pukul 17:00 dan hari Minggu pukul 06:00, 08:30 dan 17:00. Sebelumnya juga telah dilakukan Novena Kerahiman Ilahi yang dimulai sejak Jumat Agung, berlangsung selama sembilan hari berturut-turut. Novena Kerahiman Ilahi ini diadakan pada pukul 15:00, diikuti secara online di channel Youtube Paroki Alam Sutera.

  • The monthly Christian book review

    To create and manage your own content, open the Blog Manager by hovering over your blog feed and clicking Manage. Here you can create, edit and delete posts and manage categories. You can also update your post settings and SEO, duplicate or draft posts, turn off commenting, or delete a post altogether by clicking Edit on each blog post. To delete or edit an existing image or video in each post, click on the media to reveal a toolbar, which also allows you to customize the size and layout of your visuals. Add more elements to your post by clicking on each of the symbols at the bottom of your post. Insert an image or gallery, embed HTML, or add a GIF to spice up your content. Add a cover photo to your post before publishing by clicking Settings on the left sidebar. Your cover photo is visible to all users who browse the blog on your site. Edit how your posts show up on search results and make them more discoverable by editing the SEO for each post. Add categories to your posts so users can navigate your blog pages by topic. Once you’re satisfied with your post, go live by clicking Publish.

  • Gen Z and the bible: keeping the faith alive among teens

    To edit the way your blog feed looks on your site, hover over your blog feed and click on Design. Here, you can pick from different layouts. If you add a blog feed section to a different page on your website, you can pick a design that’s different from your main blog page. Edit what info and details your blog feed displays by clicking on Settings (look for the 3 dot icon). From the Settings panel, Wix Blog lets you hide or display the author name and picture, date and reading time, views, comments and likes counter. Toggle between the options and view your changes in real time. If your blog is connected to a Members Area, you’ll want to make sure the Login button is visible to users. To send automatic email notifications to blog subscribers every time there’s a new post, turn on the email notification option on your Settings panel. Start managing your blog posts by clicking on Manage Posts once you’re happy with your blog settings.

Gereja Santo Laurensius
Jl. Sutera Utama No. 2, Alam Sutera, Pakulonan,

Kec. Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan
Banten - 15326

Gereja Santa Perawan Maria Benteng Gading

Jl. Boulevard Raya Gading Serpong No.15334, Medang, Pagedangan, Tangerang

Banten - 15334

+62-21-53120587 / fax +62-21-53124087

SATGAS PPADR (Satuan Tugas Protokol Perlindungan Anak & Dewasa Rentan

Pengaduan dan Laporan: https://wa.me/+6283178780820

©2023 by Komsos Santo Laurensius, Paroki Alam Sutera - All rights reserved.

  • Instagram
  • Facebook
  • YouTube
  • Spotify
bottom of page